Selasa, 08 Mei 2012 @ 08.11  0 stares

                            7 Years Of Love

***

Judul    : 7 years of Love

Author  : Cho Hyeon Ri (Talitha Arista Nia)

Length  : Oneshoot

Categories      : Romance,friendship,tragedy

Casts    : Cho Kyuhyun (Super Junior) as Kyuhyun
              Lee Sungmin (Super Junior) as sungmin
              Lee Minjae (imaginative characters) as Minjae
  Cho Jinri (imaginative characters) as Kyu’s brother

Summary : 7 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk memendam perasaan yang dinamakan cinta. Dan,inilah saat bagi kyuhyun yang telah mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengutarakan perasaan itu.

A.N. : Annyeong! Fanfic ini terinspirasi dari lagunya kyuhyun suju yang judulnya 7 years of love,dan dibuat dengan mood yang lagi abstrak. Maaf kalo jelek atau banyak typo. Buat fanfic itu susah, jadi, hargai jerih keringat author ya? DO NOT BASHING,remember it just a fanfic not a real story. ((umur kyuhyun disini kuganti jadi 15 tahun,begitu juga sungmin,harap dimaklumi))

Recomended Songs : Cho Kyuhyun – 7 years of love
                         Christina Aguilera – A thousand years

***

“Hahaha...! kena kau hyung! sekarang, kau harus jaga! Hahahaha...” seorang bocah berumur 8  tahun itu tertawa lepas diringi semilir angin yang menerbangkan beberapa helai rambutnya. Namja yang dipanggil sungmin itu mengerucutkan bibirnya melihat namja yang beberapa meter di depannya itu tertawa penuh kemenangan.

Sebuah tangan menyentuh pundak bocah itu. Bocah yang sedang berusaha menahan amarahnya itu menolehkan pandangannya kearah pemilik tangan. Terlihat sesosok bocah perempuan  berambut ikal sebahu dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

“Minjae-ya...”

Refleks, sungmin ikut tersenyum. Beberapa detik terus begitu, mereka berdua terlalu menikmati moment-moment seperti ini. Mungkin terlalu dini untuk mereka merasakan hal abstrak yang dinamakan cinta. Namun, hati mereka tidak bisa berbohong ketika mata mereka saling bertemu dan melukis senyum yang menghiasi wajah mereka..

Namja yang tertawa lepas itu menghentikan tawanya, merasa bahwa namja bertubuh mungil itu tidak lagi mengejarnya. Sedikit memutar tubuhnya, menyuguhkan pandangannya dengan seorang yeoja dan seorang namja yang sedang bertatapan dan saling melemparkan senyum. Pipi sang yeoja tampak memerah, tidak jauh berbeda dengan namja itu yang memainkan jari-jarinya dengan gugup.

Kyuhyun menatap mereka dengan tatapan tidak suka. Sungmin yang menyadarinya segera melanjutkan apa yang seharusnya dilakukannya_menjadi penjaga semetara kyuhyun bersembunyi.

“Mianhae kyuhyun-ah! baiklah... aku akan jaga. Kau bisa bersembunyi...” sungmin menyilangkan tangannya di sebuah pohon, dan mulai menenggalamkan wajahnya. Ujung-ujung bibir kyuhyun terangkat, dan kembali berlari mencari tempat persembunyian yang tepat.

“20..19..18....” sungmin mulai menghitung mundur waktu kyuhyun untuk bersembunyi. Kyuhyun yang nampak kebingungan mencari tempat persembunyiannya itu, hanya bisa menggeleng-geleng tidak jelas seraya mengedarkan tatapannya ke seluruh sudut taman. Hanya terdapat beberapa pohon kelapa kurus yang menjulang tinggi, dan semak-semak tipis yang tidak mungkin dijadikannya tempat persembunyian.

“17...16.”

Sesosok namja paruh baya berjalan menghampiri kyuhyun dengan ekspresi yang sulit digambarkan. Kyuhyun menatap namja itu penuh arti. Cho Jinri, kakaknya yang bersekolah di mokpo itu kini berada di hadapannya dengan senyuman yang berarti.

Kyuhyun seakan tak mampu berkata-kata. Bahkan, dia tidak ingat sedang bermain petak umpet bersama sungmin dan minjae.

“15...14...13..”

Suara hitungan mundur itu sama sekali tidak dihiraukannya, tubuhnya direngkuh oleh sepasang lengan kekar milik kakaknya.

“12...11..10..”

“kyuhyun-ah... bogoshippoyo..”

Kyuhyun hanya bisa menunduk dengan kelopak mata yang tergenangi air. Ya, ini saatnya dia harus pergi.

“Hyung.. tidak bisakah aku tinggal lebih lama lagi?”

Pertanyaan sederhana itu hanya dijawab oleh gelengan kepala jinri. Jinri melingkari pundak kyuhyun yang mulai terisak itu dengan lengan kanannya.

Gaya hidup keluarganya yang nomaden itu mengharuskannya pindah ke mokpo. Kedua orangtua kyuhyun adalah seorang pemahat handal, yang sering menerima panggilan job keluar kota, bahkan keluar negri, mengharuskan mereka sering berpindah rumah. Secara batin kyuhyun sangat membenci kata perpisahan, hatinya ingin membrontak karena tidak rela meninggalkan seseorang yang begitu disukainya selama beberapa tahun tinggal di pulau jeju yang sekarang dipijaknya.

Kyuhyun yang enggan dan tidak kuat mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temannya hanya bisa mempercepat langkahnya, berharap sungmin tidak melihatnya sedang berjalan meninggalkan permainan yang sedang berlangsung.

“6...5..”

Langkahnya semakin cepat, belari menyusuri taman berharap sungmin tidak melihatnya. Punggungnya semakin jauh dari pandangan, dan memasuki sebuah van putih.

“4...3...2...1! bersiaplah!”

“Hyung, cepatlah” Kyuhyun menatap was-was kepada sungmin yang telah menampakkan wajahnya.

Dengan wajah bingung, ekor matanya menelusuri tiap sudut taman.

“dimana kyuhyun-ah?”

Kedua manik hitam sungmin melihat sebuah van putih yang berjalan meninggalkan taman yang dipijaknya. Walaupun samar, dapat dilihatnya bayangan kyuhyun yang terpantul dari salah satu kaca van putih itu.

“kyuhyun... kau mau kemana???” sungmin berteriak sekencang yang ia bisa. Kyuhyun hanya menatap sedih sungmin yang telah berlari-lari mengejar van itu. Langkah sungmin dapat mengimbangi van tersebut.

Sungmin menggedor-gedor kaca van, sementara kakinya terus berlari mengimbangi posisinya. “kyuhyun-ah! kau mau kemana??” kyuhyun membungkam, tangisannya pecah membasahi pipi chubby-nya.

Sungmin yang mulai kehilangan tenaga untuk mengejar van tersebut, kini jatuh terungkur diatas lautan pasir. Matanya memerah, siap menumpakan air mata kapanpun.

***

7 tahun kemudian....

Kutatap pantulan diriku di cermin. Seorang namja imut dengan poni yang dibelah kanan, rapi dengan seragam sekolah tanpa hoodie yang tampak manis ketika tersenyum. Ya,inilah diriku,Cho Kyuhyun. Namja yang begitu populer di kalangan hoobae, yang begitu histeris kita melihatku berjalan menyusuri koridor. Mungkin sebagian namja akan iri ataupun kagum ketika melihat siluet anak kelas 9 yang begitu imut dan dikagumi adik-adik kelas.

Namun, bagiku itu menakutkan ketika melihat mereka berteriak atau melompat-lompat tidak jelas dengan mata terbelalak seraya menyebut namaku. Kesabaranku masih bisa kubendung ketika kakakku,Cho Jinri berjalan dengan raut malas,tangan kananya menggenggam puluhan amplop berwarna merah muda. Oh,tidak,surat cinta menjijikan itu lagi.

Tangannya terulur kearahku, menyerahkan surat2 itu. Kuhirup udara sebanyak yang kubisa, dan kuhembuskan perlahan. Mencoba menahan kekesalanku yang mulai meluap-luap. “Hei,cho kyuhyun! Bisakah kau sedikit menghargai yeoja2 itu yang rela menulis surat ini,bahkan walaupun keeseokan harinya try out?”

Kuhentikan langkahku. Sedikit memutar tubuhku, menghadap namja yang mukanya nampak memerah. Ya, aku dapat merasakan bagaiamana kesalnya menjadi seorang kakak yang bertindak seperti postman surat cinta kepada adiknya sendiri. “Ya,ya. kau bisa menaruhnya di meja belajarku” jawabku singkat dan memutar tubuhku membelakanginya, dan mulai menjinjing tasku.

Dapat kudengar suara gemertakan gigi geraham dibelakangku. Mianhae, hyung. Dengan langkah yang dihentak-hentakan, kakak semata wayangku itu melempar puluhan surat itu diatas meja belajarku yang dipenuhi tumpukan amplop yang berisi serupa. Jinri menyambar tanganku, dan menggenggamnya erat. “kajja,mungkin fans-fans mu sudah tidak sabar menunggu kehadiran prince charming-nya di sekolah..” ucapan yang diiring tawa itu mampu membuat wajahku mengeluarkan semburat merah.


Ya,mungkin kalian bertanya mengapa aku sama sekali tidak menyukai jika banyak wanita yang begitu mengangumi diriku. Padahal,aku bukanlah artis ataupun aktor tampan seperti Lee Minho. Aku sendiri pun bingung, memangnya tak ada lelaki lain yang lebih tampankah di dunia ini?


Ketika seorang wanita tertunduk malu dengan jarinya yang bertautan, lengkap dengan wajahnya yang bersemu layaknya kepiting rebus itu mengatakan kalimat sederhana “Aku menyukaimu”,aku hanya bisa tertunduk dan menggeleng perlahan. Kemudian, yeoja itu berlari dengan wajah yang berlumur air mata. Ya,mungkin aku dapat dikategorikan namja brengsek karena membuat puluhan yeoja seperti itu menangis dan patah hati. Namun, ruang hatiku telah dipenuhi oleh bayang2 orang lain yang telah 7 tahun kunantikan. Tapi, keberanian dalam diriku belum mencapai tingkat maximal, walaupun kami berada dalam atap sekolah yang sama.


Jalanan  kota seoul di musim dingin pukul 6 pagi ini tergolong sangat sepi. Butir-butir salju membasahi jaket mantelku, membuat selimut putih yang bertebaran di pinggiran jalan. Mulutku membentuk huruf o kecil, melontarkan siulan-siulan untuk menepis atmosfer kebosanan yang melanda tubuhku. Ditambah lagi, jinri sedang asyik mengetikan karakter-karakter sms untuk pacarnya_yang entah_keberapa itu. Aku saja yang tampan masih menyandang status single.

Langkahku terhenti di sebuah mega gerbang yang diatasnya tertera banner “Seuta Junior High School”. Kukeluarkan senyum seadanya pada satpam yang balas tersenyum padaku. Lengan kanannya terulur dengan badannya yang membungkuk 90° kearahku. Aku membungkuk beberapa saat, dan meneruskan langkahku menuju sekolah. Kulirik kakaku yang belum melepaskan pandangannya dari tap handphone. Jari-jarinya menari diatas tombol tombol handphone, membuat suara tik tik yang mengganggu pendengaranku.

Yeoja-yeoja itu mulai menstare ku dengan mata yang berkilauan. Dan,inilah yang paling menyebalkan. Mereka berkerumun dan mulai mendekatiku. “kyuhyun seonbae...! aahhh tampannya!!” “kyuhyun..! aaaaa” aku mencoba bersikap biasa. Ujung bibirku terangkat beberapa centimeter, setidaknya aku sedikit menghargai mereka yang mulai kehabisan suaranya karena meneriaki namaku.

Sial. Senyumanku itu malah membuat mereka semakin histeris dan mengejarku yang berlari menelusuri koridor sekolah. Tidak sabar,kutendang pintu kelas yang membuat bunyi debaman cukup keras. Tidak kupedulikan beberapa namja yang menatap sinis kearahku yang mulai dikerumuni wanita wanita itu. Kulemparkan tasku, dan mulai bersembunyi dibawah meja.

Raut kebingungan tersirat jelas dari kerumunan yeoja itu. Sebagian dari mereka tampak sedang berbicara dengan teman sekelasku, yang ditanggapi dengan gelengan atau kata-kata kasar yang membuat mereka malu dan pergi meninggalkan kelasku.

Kepalaku menyembul keluar, mematiskan kalau adik adik kelas itu sudah tidak menstalkku lagi. Aku bernafas lega, dan mengacungkan jempol kananku kearah teman sekelasku. Mereka mengangkat sebelah ujung bibirnya, membentuk senyuman sinis yang menyebalkan.

“Cho kyuhyun. Cih, masih tampan juga wajahku. Baru beberapa hari masuk sekolah saja, fans-nya sudah sebanyak itu” telingaku menangkap suara yang lebih tepat dibilang gumaman yang tampak melecehkan reputasiku. Kalau kau menginginkan reputasi ini, kau boleh saja mengambilnya. Tentu saja, kalimat frontal itu hanya kusimpan dalam hati.

Kutumpukkan tubuhku di kursi, dan mulai membalik lembar demi lembar buku geografi. Sebenarnya, buku itu sama sekali tidak kubaca. Pikiranku terfokus oleh perkataan jinri yang kusimak beberapa hari lalu. Benarkah ‘dia’ juga bersekolah di sini? Aku akan mengucapkan ribuan termakasih kepada ayahku yang menjalankan dinasnya kembali di jeju. Karena itulah, aku harus pindah ke jeju_tempat penuh kenangan ini_dan bertemu dengan orang yang selalu terngiang dalam benak dan pikiranku.

7 years of love. 7 tahun sudah bayang-bayang wajahnya selalu berkelibat di pikiranku. 7 tahun jugalah aku menyimpan rasa ini.

“Hei, minjae! Kemana saja kau beberapa hari ini? Dan, sungmin?”

Mataku terbelalak ketika mendengar nama itu. Secara refleksi kutorehkan kepalaku, dan melihat siluet yang selalu menghantui pikiranku itu sedang berdiri seraya tersenyum dan berbincang dengan temannya. Baru melihatnya dari kejauhan saja mengharuskan jantungku berdetak 2x lebih cepat. Secara otomatis, senyumku mengmbang tanpa alasan yang jelas. Yap! Kali ini, aku harus mengatakannya.

Telingaku menagkap suara nyaring yang sedikit memekakan telinga bergema di ruang kelasku_bel tanda masuk. Yah, pertanda atmosfer kebosanan akan menyelimutiku untuk 6 jam ke depan.

***

Minjae POV

Ah, kyuhyun oppa! Sudah lama aku tidak melihatnya! Dan, tunggu. Diakah yang dimaksud oleh anak-anak sebagai murid baru? Ah, dia sama sekali tidak berubah.

Masih terngiang di benakku, suara sepatu kerts nya yang terhentak hentak ketika dia kebosanan. Garis lengkung indah yang menghiasi wajahnya, makin membuat jantungku bekerja 2x lebih cepat ketika melihatnya. Siulan-siulan merdu yang bagai alunan musik klasik di telingaku, yang mampu membuat darahku berdesir hangat.

Ya, aku tau ini berlebihan. Perasaan yang telah terkubur seiiring waktu itu, kini tumbuh kembali layaknya benih. Tidak,tidak. bagaimanapun, status itu sudah kusandang dengan baik. Yeojachingu dari seorang Ketua OSIS Lee Sungmin.

Namun, otakku kini berputar 2x dalam mempertahankan itu. Mengarah ke dua pilihan yang teramat sulit. Kedua jalan itu yang sangat kuinginkan. Bagaimanapun, aku hanyalah seorang remaja muda yang tidak memiliki potensi yang seimbang dalam menentukan suatu pilihan.

***

Kelima jarinya saling bertautan sama sama lain. Gerahamnya bergetak, matanya sedikit memerah menatap kearah seorang yeoja yang hanya bisa menyembunyikan wajahnya. Atmosfer daerah itu seakan sempit, membuat keduanya sesak dan membisu layaknya sebuah patung.

Namja itu sedikit merapatkan hoodie-nya sebelum akhirnya meninggalkan seorang yeoja yang tampak enggan menunjukkan wajahnya. Ya, 2 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk membina hubungan yang begitu serasi, dan secara sepihak diputuskan tanpa alasan yang jelas. Membuat kepalanya sedikit penat memikirkan itu.

Beberapa detik kemudian, yeoja itu menampakkan wajahnya yang tampak santai. Kedua tangannya disembunyikan dibalik kantung hoodie-nya. Music yang beralun di telinganya, membuatnya secara refleksi bersiul di tengah jalan yang dipenuhi daun kecoklatan yang bertebaran.

Samar samar terlihat sosok tinggi_yang diyakininya namja_berjalan kearahnya. Siluet itu tertutup kabut pagi, membuat penglihatannya sedikit mengabur. Terlihat seorang namja bertubuh tinggi muncul dari balik kabut tersebut. Tangannya bergerak memainkan yoyo yang menggantung di jari tengahnya.

Refleks, ujung bibirnya terangkat membentuk pelangi yang menghiasi wajahnya. Ya, sosok itulah yang menjadi alasannya memutuskan sungmin secara sepihak. Siluet tubuhnya semakin terlihat jelas, dan kini berada tepat di depannya.

Senyum manis terukir di wajahnya,matanya terlihat segaris_yang membuat wajahnya terlihat lebih manis.

“annyeong minjae-sshi. Sedang apa kau disini?” Minjae tersenyum seadanya, semburat merah menghiasi pipinya yang terangkat akibat senyumannya. “merenung. Kau?”

“Hmm... berjalan-jalan Tunggu, biasanya kau bersama sungmin kan?”

“tidak. aku sudah tidak bersamanya”

Mata kyuhyun membulat. Sejurus kemudian, senyuman itu kembali menghiasi wajahnya. Senyuman yang sulit disimpulkan. “Astaga. Padahal,kalian begitu serasi!”

“Ahaha.. tidak juga. Mau berjalan-jalan?”

Kyuhyun mengait lengan kanan minjae, menggandengnya erat_membuat paru-paru minjae seakan kehabisan oksigen akibat ulahnya. “No problem..”

Sepatu flat minjae mulai menelusuri tiap inchi taman yang dipijaknya, sesekali menimbulkan suara gemersik hangat ketika kakinya menginjak dedaunan. Mereka berbincang hal-hal sepele seperti ujian, guru-guru, murid terpopuler, hingga kyuhyun bertanya tentang bagaimana sungmin bisa berpacaran dengannya. 7 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menahan sebuah rindu, membuat pembiacaraan mereka mengalir, setidaknya itu dapat melepas rindu yang menyelimuti mereka.

“Ya,lee sungmin adalah_mantan_namjachinguku. Dia adalah siswa teladan yang selalu menyandang juara pertama dalam kelas paralel. Bahkan di rumahnya, dia memiliki lemari kaca berisi puluhan piagam hasil jerih payahnya dalam bidang fisika. Dia adalah lelaki spesial yang mampu mengendalikan situasi. Tampak dingin dan cuek, namun di sisi lain dia begitu perhatian dan hangat kepada orang yang disayanginya...”

Kyuhyun mengangguk sekilas, telinganya mencerna tiap kata yang terlontar dari mulut yeoja di sampingnya yang asyik bercerita tentang geografi umum seorang lee sungmin.

“..ada perasaan yang aneh bergejolak di dadaku ketika aku melihatnya di pantai 7 tahun yang lalu.. dan, kau juga ikut bermain petak umpet bersama kami kan waktu itu? Sorot matanya begitu tajam, namun hangat dan berkarisma. Itulah pertama kali dapat kurasakan yang namanya jatuh cinta...”

Kyuhyun terdiam. Ternyata, 2 temannya itu memang saling menyukai. Membuat hatinya mencelos akan fakta yang begitu sulit diterimanya.

“Oh ya,kyu. Memangnya kau selama 7 tahun ini kemana? Kudengar dari sungmin, kau pergi meninggalkan jeju ya? ada apa?”

“Kau tahu kedua orangtuaku adalah pemahat handal. Pekerjaan mereka itulah yang mengharuskan kami bergaya hidup nomaden. Namun, aku menyukainya. Karena berkat mereka, aku jadi bisa mengunjungi berbagai kota,bahkan negara. Waktu itu, kami diharuskan pindah ke mokpo. Disana, ayahku menjadi pemahat yang tersohor. Namun, ibuku tidak terlalu menyukai lingkungan disana,menurut pendapatnya udara di kota itu tidak segar,beberapa tetangga juga bersikap sombong. Begitupun ayahku. Jadi, kami akhirnya kembali lagi ke jeju,atas permintaan ibuku..”

Minjae menganggik mengerti. Dia sangat iri pada kyuhyun yang bisa mengunjungi berbagai tempat menarik di dunia ini.

Bertepatan dengan itu, seorang namja dengan hoodie merah melihat kejadian yang membuat pikirannya menghasilkan kesalahpahaman ketika melihat tangan mereka saling  bertautan dengan posisi membelakinginya. Padahal, kyuhyun melakukan itu secara refleksi dan tidak ada maksud tertentu. Tangannya terkepal kuat, dan berjalan kearah dua insan yang membelakanginya itu.

Kedua telapak tangannya mencengkeram kedua tangan yang saling bertautan itu, membuat ikatan antara mereka terpisah. Sungmin menggenggam tangan kyuhyun tanpa melepaskannya, matanya yang memerah memberikan death glare yang menakutkan.

Minjae menoleh, manik hitamnya menatap kearah sebuah mata yang nampak memerah dengan tubuh yang turun-naik akibat nafasnya yang memburu.

“Maaf sungmin-sshi.. ini tidak seperti yang kau pikirkan...” kyuhyun tampak cemas karena sosok di hadapannya itu melemparkan tatapan tidak suka kearah mereka berdua.

Atmosfer keheningan dan canggung menyelimuti ruang bernafas diantara 3 insan yang masih dikelabui oleh tanda tanya dan kesalahpahaman. Beberapa detik setelahnya sungmin membalik tubuhnya dan berjalan meninggalkan mereka.

Kyuhyun mengulurkan tangannya, merasa tidak enak hati dan ketakutan yang membayanginya jika dianggap sebagai cowok tidak tahu diri. Minjae menyntuh pundak kyuhyun, membuat tatapan kyuhun semuanya teralih pada yeoja dikuncir kuda tersebut.

“jangan dipikirkan. Bagaimanapun, dia bukan siapa2 bagiku”

Kyuhyun menunjukkan senyum seadanya, namun tampak begitu manis yang mampu membuat dada minjae sesak.

Begitu sempurna.

“Kyuhyun-sshi, kau sudah mengerjakan tugas seni pahat?” minjae berusaha mengendalikan suasana canggung yang mengelambui mereka selama beberapa saat.

“belum. Tapi kurasa aku mengerti tehniknya. Cukup sulit, tapi menantang”

Minjae memutar bola matanya. Tidak perlu seorang jenius untuk mengatakan namja disampingnya itu adalah seorang yang amat bermultitalenta.

“Bisakah kau mengajariku?” terselip nada keraguan diantara kalimat sederhana itu.

“why not? How about now? I haven’t any work in my home.”

Minjae menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak,tidak mungkin. Dia tidak mau_bahkan tidak sudi_berada satu atap dengan kakak kelas_yaitu jinri_yang sifat jeleknya telah menyebar seantero sekolah, dan pernah mendapat skors selama 1 bulan.

“Hahaha, speech-mu lancar sekali. Ha? Apa tidak ada kakakmu? Aku tidak begitu menyukai kakakmu dan genk-nya di sekolah”

“Kakakku berkencan dengan yeoja barunya. Kalau mau, kau bisa menginap di rumahku. Kuyakin kakakku tidak akan pulang malam ini”

Menginap di rumah seorang cho kyuhyun hanya berdua saja. Membayangkannya saja membuat raga minjae serasa melayang ke udara. Persetan dengan kakaknya, dan kesempatan ini tidak mungkin disia-siakannya. Minjae mencoba mengusir hal-hal berbau negatif yang menghantui pikirannya. Cho kyuhyun adalah namja baik, tidak mungkin dia akan berbuat macam-macam.

“hmm... no problem.” Minjae melirik arloji biru yang melingkar indah di lengan kirinya. “sekitar pukul 4 sore aku akan ke rumahmu, tentu dengan segala persiapan yang kubawa”.

Lagi-lagi, namja itu mengeluarkan senyumannya. Ribuan yeoja mungkin sudah melihat senyuman seorang cho kyuhyun yang terkenal murah senyum ini. Tapi, kurasa minjae adalah yeoja pertama yang melihat senyuman kyuhyun secara dekat, dan berulang kali. Membuat rasa percaya dirinya meningkat, dan membuat kesimpulan yang belum tentu benar tentang perasaan kyuhyun padanya.

***

Seorang yeoja berambut sebahu tampak sedang berlarian dengan tangan yang penuh dengan buku-buku tebal dan tas-tas kecil yang digantungnya di lengan kanannya. Rambutnya riap-riapan akibat hembusan angin di musim gugur. Dia mengedarkan pandangannya di sekitar perumahan elite yang dipijakinya sekarang. Matanya tertuju pada sebuah rumah bercat hijau yang bergaya minimalis, dengan 2 tingkat dan mempunyai 1 jendela besar tanpa gorden di lantai dua. Membuat minjae dapat melihat pantulan bayangan seorang namja berambut hitam dengan poni dibelah kanan yang tempak sedang memainkan sebatang PSP.

Tak perlu waktu lama untuk membuat kesimpulan bahwa rumah di hadapannya ini memang benar rumah seorang cho kyuhyun. Minjae tersenyum lega, mensyukuri keberuntungannya yang dapat menemukan satu rumah dari sekian rumah yang bercat serupa dengan waktu yang bisa dibilang singkat.

Telunjuknya menekan bel beberapa kali. Membuat pantulan tubuh namja itu menghadap kearahnya, dan tersenyum kearahnya.

Tidak memakan waktu lama, sesosok namja tampan bertubuh tinggi itu sudah berada di depan pagar dan membukakan pintu untuk minjae. Mereka masuk dan beristirahat selama beberapa saat di ruang tamu rumah kyuhyun.


Pertama kali bagi mereka berdua berada dalam satu atap hanya berdua saja. Membuat atmosfer canggung kembali menyelimuti mereka. Tidak ada yang berniat memulai percakapan, karena tidak tahu bahan pembicaraan apa yang pantas untuk dibicarakan.


“Minjae-sshi, mau mengerjakan sekarang?” kyuhyun yang akhirnya membuka mulut itu berjalan menaiki tiap anak tangga di rumahnya. Minjae hanya bisa mengekori tiap gerak-gerik kyuhyun yang telah sampai di sebuah ruangan khusus berpintu mahoni yang terletak tepat disebelah kamarnya.

Kyuhyun memutar kunci yang digenggamnya, dan nampaklah sebuah ruangan kecil namun tertata rapi dengan 2 rak buku di samping kanan-kirinya. Beraksen kuno, namun antik memberikan kesan damai ketika memasukinya. Terdapat 1 komputer di sebelah lemari, tampak sangat terurus terlihat dari LCD-nya yang nampak berkilau diterpa cahaya. Terdapat sebuah jendela yang terbuka, dengan gorden berwarna coklat yang riap-riapan mengikuti arah angin.

“bisa dimulai sekarang?” pertanyaan sederhana itu terjawab dengan anggukan kepala minjae.

Minjae mengeluarkan 2 buah pemahat dari dalam tasnya, dan 1 buah kaleng berisi semen yang telah diencerkan. Dituangkannya segelas air, dan sedikit mengaduk semen yang hampir membeku tersebut hingga menjadi semen cair. Begitupun kyuhyun yang nampak serius menata pola pahatannya diatas sebuah kertas kopi lebar.

Mereka tampak serius bekerja, diiringi dengan beberapa bahan pembicaraan umum untuk mengusir rasa suntuk yang sesekali menghampiri tubuh mereka.

Hingga beberapa jam kemudian, kyuhyun tampak mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Ditatapnya sebuah patung anak kecil yang tampak sedang bermain harpa dengan aksen sayap di belakang tubuhnya. minjae menyibak tirai, membuat patung tersebut semakin indah diterpa cahaya. Mereka saling melempar senyum satu sama lain, puas akan hasil kerja mereka berdua.

Kedua alis minjae tampak bertautan ketika melihat patung tersebut tampak sedikit coak di telinga kanannya. Memang harus diperbaiki,karena mengurangi poin saat penilaian jika guru killer itu melihat kecacatan pada telinga kanan patung tersebut. Tubuhnya yang tidak terlalu tinggi membuatnya harus menaiki sebuah meja untuk mengambil satu kaleng semen diatas lemari yang cukup tinggi.


“AAARRGGHH...!!!”


Minjae tidak mengetahui bahwa meja tersebut tidak cukup kuat untuk menopang berat tubuhnya, membuat tubuhnya terhempas jatuh. Dengan sigap, kyuhyun meraih tangannya dan menggenggamnya erat dalam pelukannya. Membuat jarak diantara mereka semakin dekat.

Minjae yang belum mengumpulkan kesadarannya secara maksimal hanya dapat terpaku melihat wajah tampan kyuhyun yang hanya beberapa centimeter dari wajahnya. Begitu tampan, membuat jantungnya berdegup cepat dan dinding kulitnya serasa menipis, menghantui pikirannya jika jantungnya dapat melompat keluar dari sangakarnya.

Kyuhyun tersadar, dan melepaskan minjae dari pelukannya. Semburat merah tampak menghiasi pipi chubby minjae.

***

“Minjae-sshi, malam ini kau akan tidur di kamar eomma-ku. Eomma-ku sedang dinas ke aussie, jadi kamar ini kosong dan kau dapat memakainya”

Minjae menatap kagum kearah sebuah kamar bernuansa pink fanta yang tak kalah rapih dari ruang belajar kyuhyun yang baru saja ditinggalkannya. Hanya terdapat sebuah tempat tidur king size dengan satu lemari besar berwarna putih dan satu kamar mandi. Membuat kamar tersebut tampak sangat luas dan sepi.

Minjae mengangguk. Kyuhyun tersenyum sekilas, dan meninggalkan minjae sendiri dalam ruangan tersebut. Minjae menjatuhakn tubuhnya diatas bed empuk itu. Tubuhnya terlentang, matanya tampak menelusuri tiap detail dari kamar tersebut. AC yang menerpa kulit minjae, memberikan sensasi sejuk yang membuat matanya berair dan berat. Tanpa disadarinya, dia terlelap.

***

Kyuhyun POV

Oh! Bayangkan, tadi.. aku memegang tangannya! Begitu lembut dan... mampu membuat darahku berdesir hangat! Kuraba dadaku, tepat dimana bagian tubuhku berdegup cepat. Membuat kulit dadaku semakin tipis dan membuat halusinasi bahwa jantungku akan melmompat keluar_yang amat tidak mungkin.

7 tahun.

Bukanlah waktu yang singkat untuk memendam sebuah perasaan hangat yang disebut jatuh cinta kepada seseorang. Bukan juga sebuah waktu yang singkat untuk mengumpulkan keberanian yang masih tertanam dalam diriku.

Kali ini aku harus mengungkapkannya, siap atau tidak. Jasmani maupun rohaniku harus siap untuk menerima jawaban paling sarkatis sekalipun yang terlontar dari mulut kecilnya.

Kutatap sebuah pintu mahoni yang tampak terbuka dan menampakkan sesosok gadis yang terlihat terlelap dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Terkesan polos, namun sama sekali tidak membuatku tertarik.

Ya, kau boleh mengatakan aku ini namja brengsek atau apa yang telah memberi harapan kosong pada seorang gadis polos yang begitu menyukaiku.

Tapi, yang membuat perhatian dan darahku berdesir bukanlah gadis itu.

Melainkan, seorang namja yang pernah menyading status sebagai mantan pacar dari gadis itu.

Yap, sungmin. Dialah orang yang membuat darahku berdesir hangat setiap melihat senyumannya. Hentakan sepatu kerts-nya masih kuingat temponya dalam otakku ketika dia sedang bingung , matanya yang tampak seperti pelangi ketika dia tersenyum_senyuman yang membuat jantungku serasa melompat keluar.

Selesai sudah. Tantangan hidupku yang mengacu diriku untuk tertarik pada seorang wanita. Manusia yang rata2 menyukai warna pink yang tampak terlalu berlebihan ketika 2 mingggu sekali harus keluar masuk pintu salon dengan dandanan dan tampilan baru mereka yang menurutku terkesan norak dan berlebihan. Manusia yang sangat rapuh, mudah menangis karena hal-hal kecil. Dan, selalu meneriaki nama orang yang disuka dalam hatinya dengan wajah yang bersemu.

Kualihkan pandanganku menuju sebuah kotak berbentuk hati berwarna pink_warna kesukaannya. Begitu manis, membuat wanita manapun akan tertarik untuk membukanya. Namun, kurasa bukan wanita saja. Kuharap sungminku juga mau membuka dan menerima apapun yang berada di dalamnya.

Tanpa memedulikan gadis itu, aku berjalan_sedikit berlari_menuruni tiap anak tangga yang cukup tinggi ini, tidak kuhiraukan tubuhku yang dipenuhi peluh, memaksaku untuk menghentikan aktivitas berlariku ini.

***

Sungmin menatap seorang namja yang tampak menunduk dengan tatapan jijik. Membayangkan wajahnya saja sudah membuat perutnya serasa dikocok dengan ribuan mixer, apalagi melihat wajahnya yang hanya berjarak puluhan centimeter dari tempatnya berpijak. Membuatnya ingin mengeluarkan semua isi perutnya tepat di wajahnya, mengingat kejadian memuakkan yang terjadi 7 tahun yang lalu. Sosok itu pula yang merupakan alasan bagi yeoja yang begitu disayanginya pergi meninggalkannya.

“Ada apa kau kesini? Setelah 7 tahun ini kau menghilang?”

Perkataan sungmin dengan nada sarkatis itu membuat bulu roma kyuhyun berdiri. Suara itu, dia sangat merindukannya. Kyuhyun terdiam.

“waktuku tak banyak untuk meladeni bocah dungu sepertimu”

Sejurus kemudian, kyuhyun memeluk sungmin erat. Membuat dada sungmin sedikit sesak akibat pelukan erat yang tiba-tiba itu.

Kyuhyun mendekatkan mulutnya ke telinga sungmin,”saranghaeyo”.

Kata sederhana itu membuat sungmin terbelalak. Dengan cepat didorongnya tubuh kyuhyun, membuat kontak tubuh mereka terlepas. Sungmin mengangkat sebelah alisnya. “apa maksudmu?”

“tidak cukup jelaskah? Saranghae. Neommu jeongmal saranghae. Aku mencintaimu sebagai seorang namja, sejak 7 tahun yang lalu. Semenjak aku meninggalkan seoul, pikiran dan hatiku hanya terfokus padaku. Sampai wanita secantik apapun tidak membuatku jatuh cinta...”

“Simak ini baik-baik, cho kyuhyun. AKU TIDAK AKAN PERNAH MENYUKAIMU, DAN AKU MASIH NORMAL . Camkan itu!”

Kyuhyun terdiam mendengar ucapan sungmin. Ya, dia sudah berjanji akan siap untuk mendengar ucapan paling sarkatis sekalipun, asal kalimat sederhana itu berhasil terlontar dan mengalir di telinga sungmin.

“tapi, apakah kita tidak bisa berteman?”

“aku sama sekali tidak sudi berteman denganmu.”

“kau boleh mengatakanku namja tidak waras atau apa, aku juga mengerti kau adalah pria normal. Tapi, tidak bisakah kita berteman?”

“aku tidak mau berteman dengan namja gay seperti kau!”

Sungmin membanting pintu rumahnya, meninggalkan suara debaman keras yang membuat kyuhyun melompat kecil. Kyuhyun mengelus dadanya, menenangkan perasaannya yang bergejolak tidak keruan.

***

Kyuhyun POV

Sneakers yang kupakai bergerak menaiki tiap anak tangga. Wajahku tertunduk, menyembunyikan air mata yang mengalir membentuk sungai di pipiku. Yah,menangis bukanlah hal wajar bagi seorang pria. Tapi,kali ini aku tidak dapat menahan tangisku lebih lama lagi. setidaknya hanya ini yang bisa kulakukan untuk meredakan sakit hatiku.

Selama ini, hanya aku dan jinri hyung yang tau akan perasaanku pada sungmin. Tidak perlu heran jika raut kesal tampak dalam wajahnya yang berseri itu ketika aku menolak yeoja secantik apapun yang mengirimkan surat cinta atau bahkan menyatakan cintanya padaku.

Pikiranku melayang hingga tidak sadar jika tubuhku telah sampai di sebuah pintu kamar yang nampak terbuka. Mataku terbelalak tak percaya melihat pemandangan di hadapanku. Tanganku bergerak menutup mulutku yang bersiap mengeluarkan teriakan kapan saja.

Kakakku dengan matanya yang memerah nampak sedang berciuman dengan minjae. Jinri, aku tahu matanya selalu nampak berseri dan tidak pernah memerah. Sesekali dia cegukan di tengah ciumannya. Dapat kupastikan kondisinya sedang mabuk.

Jinri yang nampaknya menyadari kehadiranku, melepaskan ciumannya dan beranjak dari tempat tidur. Tangannya menyambar sebuah kimono berwarna biru tua untuk menutupi tubuhnya. Dia berjalan kearahku, dan membisikan sesuatu yang terdengar samar di telingaku.

“Buktikan bahwa kau seorang pria..”

Suaranya yang begitu kecil, terdengar seperti gumaman. Dengan susah payah kutelan salivaku ketika aku melihat tubuh minjae sudah tidak berbalut kain apapun. Matanya memerah, tubuhnya menggeliat tidak keruan. Hipotesaku, pikirannya masih teracuni alkohol/obat perangsang. Karena minjae yang kukenal sangat amat membenci jinri, dan dia adalah yeoja baik-baik.

Perlahan,kakiku mulai berjalan mendekati sosok minjae yang tengah tersenyum seduktif menatapku. Tapi,demi tuhan,tubuh polosnya sama sekali tidak mengunggah nafsuku.

Ya. mungkin dengan cara ini, akan kubuktikan bahwa aku pria normal.

***

*still kyuhyun POV*

Kupejamkan kedua mataku. Enggan membukanya, membiarkan angin menerpa tubuh kurusku ini. Mungkin dengan itu, beban masalah yang menimpaku bisa sirna diterbangkan angin. Kurentangkan kedua tanganku.

Cho jinri nampak menuangkan segelas teh di cangkirku. Sesekali ekor matanya melirikku, melihat kondisiku jika aku tidak bisa mengendalikan pikiranku.

Ya, inilah aku. Cho kyuhyun yang selalu digemari banyak yeoja, yang tampan dan berkarisma. Sekarang hanyalah seorang cho kyuhyun namja gay, dijauhi dan tidak dianggap, dikeluarkan dari sekolah karena telah menghamili seorang murid perempuan.

Dan, disinilah aku. Di sebuah tempat yang dipenuhi infus dan berbau alkohol yang memuakkan. Dengan setelan berwarna hijau tua, menatap keluar jendela besar yang nampak terbuka. Ingin sekali aku menjatuhkan ragaku disini, menghilangkan semua kepenatan di otakku.

Sungmin? Dia telah membenciku. Bahkan, sebilah pisau yang digenggamnya hampir menyobek kulit perutku ketika mengetahui akulah yang menghamili minjae. Ya, minjae. Bagaimana nasib perempuan malang itu? dia dikeluarkan dari sekolah, dan mengakhiri hidupnya di atap sekolah. Tragis. Satu kata yang pantas menggambarkan dirinya.


Sungmin, dia tidak bisa menerima kematian minjae. Hingga dia membuat keputusan yang sangat bodoh. Dia berniat menyusul minjae dengan mengakhiri hidupnya melalui cara yang sama.

Sungmin dan minjae. Mereka adalah sahabatku, yang paling berarti dalam hidupku. Yang selalu mewarnai hari-hariku dengan tawa yang lepas di tengah tingkah-tingkah konyol mereka yang mengocok perutku. Yang selalu mengisi hari-hariku dengan senyuman akibat permainan-permainan seru yang kami mainkan bersama.

Namun, sungmin memberi lebih. Dia selalu bertindak bagai seorang kakak bagiku. Selalu menemaniku jika aku kesepian. Telinganya selalu siap mendengar segala keluh-kesahku kapan saja yang aku inginkan. Raga mungilnya yang selalu melindungiku dari sekelompok anak brandal yang ingin merampas uang-uangku. Suatu hari kutanyakan mengapa kau selalu bersikap begitu baik padaku. Dia hanya memnjawab dengan senyuman,senyuman manis yang entah kenapa membuat atmosfer teduh di hatiku. “aku akan melindungimu. Aku akan menolongmu, kapan pun kau membutuhkanku.”

Orang tuaku adalah seorang pemahat yang workaholic, jarang berada di rumah seperti yang aku ceritakan. Kakakku jinri, dia mendapat beasiswa di mokpo selama 3 tahun. Tapi aku tak pernah kesepian. Jika aku takut tidur sendiri, sungmin hyung siap menggelar kantung tidurnya dan tertidur di sampingku. Dia juga merupakan seorang koki yang pintar memasak. Dia seperti seorang ayah yang merangkap ibu bagiku.

Jika aku tidak bisa mengerjakan soal-soal, pensil yang digenggamnya akan mencoret kata demi kata yang membuatku mengerti soal tersebut. Jika aku bosan, dia akan mendribble bola basketnya dan melemparnya kearahku, mengajakku bermain bersama. Jika aku terlalu lelah mengerjakan pekerjaan rumah, dia selalu siap dengan sebatang sapu di tangannya.

Dan bagiku, wanita selalu saja bertindak berlebihan. Mungkin aku sudah pernah menceritakan ini. Setiap 2 minggu sekali, kulihat wanita yang sama keluar masuk pintu salon dengan rambut barunya yang menurutku tidak sesuai. Dan yang utama, mereka selalu berteriak-teriak memanggil namaku, mengidolakanku, dan mengirim surat-surat cinta bodoh yang sangat menggangguku.

Hatiku mencelos begitu mengetahui kedua temanku itu berpacaran. Sempat terfikirkan olehku, semua keberanian dan nyali yang kukumpulkan itu berujung sia-sia. Aku adalah namja pengecut yang membutuhkan waktu lama dalam membangun keberanian dalam mengungkapkan perasaanku,dan kini, semua keberanian itu runtuh. Namun, putusnya hubungan mereka telah menyulut keberanianku kembali. Aku adalah namja durhaka yang tertawa diatas penderitaan sungmin yang ternyata diputuskan secara sepihak oleh minja,karena dia menyukaiku. Tidakkah itu terdengar konyol? Orang yang harusnya kudekati itu malah semakin memebenciku karena ulah minjae yang memutuskannya. Namun, aku tidak peduli. Yang penting kalimat itu terlontar dari mulutku.

Tidakkah itu semua cukup untuk dijadikan alasan mengapa aku mencintainya? Mungkin ini terkesan childish, namun itulah aku. Cho kyuhyun yang tampan dan berkarisma. Gelar itu mungkin akan kalian buang jauh-jauh begitu mendengar ceritaku tadi.

Sekali lagi, kutatap pemandangan kota dari bawah jendela lantai 12 ini. Pasti menyenangkan jika tubuhku terhempas angin. Sungmin, aku akan menyusulmu.

Kutorehkan pandanganku. Kudapati jinri sedang menyeruput kopinya. Kumisnya yang tipis itu terlihat sedikit menebal akibat kopi yang diminumnya. “hyung, aku ingin terbang ....”

Jinri menatapku aneh, dan tertawa renyah. Mungkin dia pikir aku memang sudah benar-benar gila, sampai harus tinggal di rumah sakit jiwa ini. “memangnya kau bisa?”

“Perlu bukti?” kupanjat jendela tersebut. Hingga dapat kurasakan angin yang berhembus kencang menerpa tubuhku. Jinri tersedak, dapat kuketahui dari suara batuk yang diiringi tumpahnya kopi dari mulutnya. “kyuhyun-ah! apa yang hendak kau lakukan?”

“sudah kubilang. Aku ingin terbang. Annyeong...” aku melompat dari tralis jendela tersebut. Tubuhku melayang, aku dapat merasakan grafitasi di sekitar tubuhku. Angin-angin menerpa seluruh tubuhku, menerbangkan hampir seluruh bagian rambutku. Nyaman sekali. Kurasakan sakit yang teramat sangat ketika tubuhku membentur aspal. Darah mengucur deras dari tubuhku, kepalaku sangat pusing hingga semuanya menjadi gelap.

***

“                   NEWS: Bocah SMP ditemukan tewas bunuh diri

Seorang bocah berumur 15 tahun ditemukan tewas bunuh diri dengan melompat dari lantai 12 sebuah rumah saki jiwa. Hampir seluruh tulangnya patah, tulang iganya yang patah memasuki organ pernafasannya hingga dia meninggal. Banyak kehilangan darah, hingga pihak rumah sakit tidak kuasa menolongnya. Dari pakaian hijaunya, pihak kepolisian dapat memastikan bahwa dia salah satu pasien dari rumah sakit jiwa tersebut. Dari data yang didapatkan, dia adalah Cho Kyuhyun, lahir pada 3 februari 1997 dan bergolongan darah A....”

The End.